Surabaya, KNM-
Dinas Peternakan (Disnak) Provinsi Jatim mengimbau masyarakat Jatim
tidak panik menghadapi isu kelangkaan daging di pasaran, akibat
mogoknya sejumlah pedagang sapi dan daging di Jatim.
"Masyarakat
tidak perlu panik. Masyarakat bisa mengkonsumsi bahan makanan lain
mengandung protein hewani juga, seperti ayam, bebek, telor dan
lainnya," kata Kadis Peternakan Jatim Maskur kepada wartawan,
Selasa (27/11/2012).
Dia menambahkan, pihaknya sudah melakukan
pengendalian ternak sapi yang keluar dari Jatim dengan standar
tertentu sejak tiga minggu lalu. "Kami kendalikan melalui surat
edaran kepala dinas, sapi yang boleh keluar Jatim hanya yang berbobot
400 kg ke atas. Sebelumnya di bawah 400 kg masih boleh, karena bisa
jadi untuk pembibitan di sana. Tapi sekarang tidak boleh karena
dikhawatirkan juga akan dipotong," tegasnya.
Selain
masalah berat ternak, lanjut Maskur, pedagang yang akan membawa sapi
keluar Jatim juga wajib mengantongi rekomendasi dari provinsi. "Kalau
surat rekomendasi memang sudah lama diberlakukan,"
tambahnya.
Untuk itu, Disnak Jatim akan memperketat pengawasan
di check point di sejumlah wilayah perbatasan. Pihaknya tidak ingin
kecolongan yang mengakibatkan sapi-sapi dari Jatim dipotong di
wilayah lain padahal di daerah sendiri mengalami kesulitan daging.
Dikatakan Maskur, kekosongan daging sapi segar di sejumlah
pasar serta ancaman mogok dari jagal dan pedagang sebenarnya tidak
sesuai dengan kondisi di lapangan.
Sesuai dengan data Badan
Pusat Statistik (BPS), Jatim merupakan lumbung sapi nasional dengan
jumlah 4,7 juta ekor sapi atau 32 persen dari jumlah sapi nasional.
Sedangkan untuk dua bulan terakhir 2012 ini saja, dikatakan masih ada
surplus sekitar 150 ribu ekor sapi. Dengan kebutuhan sapi di Jatim
sekitar 1000-1500 ekor per hari dengan jumlah terbanyak ada di
Surabaya yaitu berkisar 300-400 ekor per hari.
Diberitakan
sebelumnya, Gubernur Jatim Soekarwo tegas menolak tuntutan Paguyuban
Pedagang Sapi dan Daging Segar (PPSDS) Jatim, yang ingin kran impor
daging dibuka. Mereka beralasan untuk menstabilkan harga daging di
pasaran yang mulai melonjak mahal akhir-akhir ini.
Seperti
diketahui, dalam rangka stabilisasi harga sapi dan daging di Jatim,
pemprov tetap akan memberlakukan pelarangan impor sapi dan daging
sesuai dengan surat edaran Gubernur Jatim nomor 524/8838/023/2010
tanggal 30 Juni 2010 tentang Larangan Pemasukan dan Peredaran Sapi,
Daging dan Jeroan Impor.
"Penolakan membuka kran impor
daging semata-mata untuk menyelamatkan peternak Jatim. Kita tak bisa
dengan mudah langsung mengizinkan daging impor masuk Jatim, hanya
gara-gara daging sapi langka. Kalau kurang ya ditambah suplainya,
jangan langsung memutuskan impor daging begitu," tegasnya kepada
wartawan di gedung negara Grahadi Surabaya, Selasa (27/11/2012) hari
ini.
Menurut dia, impor daging tak bisa seperti masyarakat
membeli ayam di pasar, yang bisa membeli per ekor lalu dibawa pulang.
Ketika memutuskan impor daging, sebelumnya pasti ada kontrak terlebih
dulu. Apakah kontraknya itu satu tahun dengan jumlah sapi berapa ekor
yang dikirim.
"Mereka pendemo (jagal sapi) lupa. Kalau
keputusan menjadi liberal, kita akan mati. Peternak sapi di Jatim
pasti akan bangkrut, karena serbuan daging impor. Makanya jangan saat
kurang langsung impor. Tak bisa seperti itu, kita harus memikirkan
jauh kedepan," pungkasnya.(net/F/admin)
0 komentar:
Posting Komentar