Rabu, 28 November 2012

DISNAKPROV JATIM, "Masyarakat Bisa Konsumsi Protein Hewani Selain Daging".

Surabaya, KNM- Dinas Peternakan (Disnak) Provinsi Jatim mengimbau masyarakat Jatim tidak panik menghadapi isu kelangkaan daging di pasaran, akibat mogoknya sejumlah pedagang sapi dan daging di Jatim.

"Masyarakat tidak perlu panik. Masyarakat bisa mengkonsumsi bahan makanan lain mengandung protein hewani juga, seperti ayam, bebek, telor dan lainnya," kata Kadis Peternakan Jatim Maskur kepada wartawan, Selasa (27/11/2012).

Dia menambahkan, pihaknya sudah melakukan pengendalian ternak sapi yang keluar dari Jatim dengan standar tertentu sejak tiga minggu lalu. "Kami kendalikan melalui surat edaran kepala dinas, sapi yang boleh keluar Jatim hanya yang berbobot 400 kg ke atas. Sebelumnya di bawah 400 kg masih boleh, karena bisa jadi untuk pembibitan di sana. Tapi sekarang tidak boleh karena dikhawatirkan juga akan dipotong," tegasnya.

Selain masalah berat ternak, lanjut Maskur, pedagang yang akan membawa sapi keluar Jatim juga wajib mengantongi rekomendasi dari provinsi. "Kalau surat rekomendasi memang sudah lama diberlakukan," tambahnya.

Untuk itu, Disnak Jatim akan memperketat pengawasan di check point di sejumlah wilayah perbatasan. Pihaknya tidak ingin kecolongan yang mengakibatkan sapi-sapi dari Jatim dipotong di wilayah lain padahal di daerah sendiri mengalami kesulitan daging. 

Dikatakan Maskur, kekosongan daging sapi segar di sejumlah pasar serta ancaman mogok dari jagal dan pedagang sebenarnya tidak sesuai dengan kondisi di lapangan.

Sesuai dengan data Badan Pusat Statistik (BPS), Jatim merupakan lumbung sapi nasional dengan jumlah 4,7 juta ekor sapi atau 32 persen dari jumlah sapi nasional. Sedangkan untuk dua bulan terakhir 2012 ini saja, dikatakan masih ada surplus sekitar 150 ribu ekor sapi. Dengan kebutuhan sapi di Jatim sekitar  1000-1500 ekor per hari dengan jumlah terbanyak ada di Surabaya yaitu berkisar 300-400 ekor per hari. 

Diberitakan sebelumnya, Gubernur Jatim Soekarwo tegas menolak tuntutan Paguyuban Pedagang Sapi dan Daging Segar (PPSDS) Jatim, yang ingin kran impor daging dibuka. Mereka beralasan untuk menstabilkan harga daging di pasaran yang mulai melonjak mahal akhir-akhir ini.

Seperti diketahui, dalam rangka stabilisasi harga sapi dan daging di Jatim, pemprov tetap akan memberlakukan pelarangan impor sapi dan daging sesuai dengan surat edaran Gubernur Jatim nomor 524/8838/023/2010 tanggal 30 Juni 2010 tentang Larangan Pemasukan dan Peredaran Sapi, Daging dan Jeroan Impor.

"Penolakan membuka kran impor daging semata-mata untuk menyelamatkan peternak Jatim. Kita tak bisa dengan mudah langsung mengizinkan daging impor masuk Jatim, hanya gara-gara daging sapi langka. Kalau kurang ya ditambah suplainya, jangan langsung memutuskan impor daging begitu," tegasnya kepada wartawan di gedung negara Grahadi Surabaya, Selasa (27/11/2012) hari ini.

Menurut dia, impor daging tak bisa seperti masyarakat membeli ayam di pasar, yang bisa membeli per ekor lalu dibawa pulang. Ketika memutuskan impor daging, sebelumnya pasti ada kontrak terlebih dulu. Apakah kontraknya itu satu tahun dengan jumlah sapi berapa ekor yang dikirim.

"Mereka pendemo (jagal sapi) lupa. Kalau keputusan menjadi liberal, kita akan mati. Peternak sapi di Jatim pasti akan bangkrut, karena serbuan daging impor. Makanya jangan saat kurang langsung impor. Tak bisa seperti itu, kita harus memikirkan jauh kedepan," pungkasnya.(net/F/admin)



0 komentar:

Posting Komentar