Merdeka....
Soudara-saudara,
rakyat jelata, diseluruh indonesia, terutama, saudara-saudara penduduk kota
surabaya, kita semuanya telah mengetahui, bahwa hari ini tentara inggris, telah
menyebarkan panflet-panflet, yang memberikan suatu ancaman kepada kita semua,
kita diwajibakan, untuk dalam waktu yang mereka tentuken, menyerahkan
senjata-senjata yang telah kita rebut dari tangannya tentara jepang, mereka
telah minta, supaya kita dateng pada mereka itu, dengan mengangkat tangan,
mereka telah minta, supaya kita semua dateng kepada mereka itu, dengan membawa
bendera putih, tanda bahwa kita menyerah kepada mereka.
Saudara-saurdara,
didalam pertempuran-pertempuran yang lampau, kita sekalaian telah menunjukan,
bahwa rakyat Indonesia disurabaya, pemuda-pemuda yang berasal dari maluku,
pemuda-pemuda yang berasal dari sulawesi, pemuda-pemuda yang berasal dari pulau
bali, pemuda-pemuda yang berasal kalimantan, pemuda-pemuda yang berasal seluruh
sumatra, pemuda aceh, pemuda tapanuli dan seluruh pemuda-pemuda seluruh
indonesia yang ada di surabaya ini, dengan pasukan masing-masing, pasukan
rakyat yang dibentuk dikampung-kampung, telah menunjukan satu pertahanan yang
tidak bisa dijebol, telah menunjukan satu kekuatan sehingga mereka terjepit
dimana-mana, hanya karena taktik-taktik yang licik daripada mereka itu, hanya
dengan mendatangkan presiden dan pemimpin-pemimpin lainnya kesurabaya ini, maka
kita tunduk untuk memberhentikan pertemuran, tetapi pada masa itu mereka telah
memperkuat diri, dan setelah kuat dan sekarang inilah keadaanya.
Saudara-saudara
kita semuanya, kita bangsa indoensia yang ada di surabaya ini, akan menerima
tantangan tentara inggris itu, dan kalau pimpinan tentara inggris yang ada di
surabaya, ingin mendengarkan jawaban rakyat indonesia, ingin mendengarkan jawaban
selurh pemuda di indonesia yang ada disurabaya ini, dengarkan lah ini tentara inggris ini jawaban
kita, ini jawaban rakyat indonesia, ini jawaban pemuda indonesia, kepada kau
sekalian
Hai
tentara inggris, kau menghendaki bahwa kita ini akan membawa bendera putih
untuk takluk kepadamu, kau menyuruh kita mengangkat tangan datang kepadamu, kau
menyuruh kita membawa senjata-senjata yang telah kita rampas dari tentara
jepang untuk diserah kan kepadamu, tuntutan itu walaupuan kita tahu, bahwa kau
sekali lagi mengancam kita untuk mengempur kita dengan seluruh kekatan yang
ada, tetapi inilah jawaban kita selama banteng-banteng indonesia masih
mempunyai darah merah yang dapat memiliki secarik kain putih, merah dan putih,
maka selama itu tidak akan mau menyerah kepada siapapun juga, saudara-saurada
rakyat surabaya siaplah kedaaan genting, tetapi saya peringatkan sekalai-lagi,
jangan mulai menembak-baru kalau kita ditembak, maka kita ganti menyerang
mereka itu, kita tunjukan bahwa kita benar-benar orang yang ingin merdeka,tapi
untuk kita saudara-saudara lebih baik kita hancur lebur dari pada tidak
merdeka, sebelum kita tetap, merdeka atau mati, dan kita yakin saudara-saudara
pada akhirnya pastilah kemenangan akan jatuh ketangan kita, sebab Allah selalu
berada dipihak yang benar, percayalah saudara-saudara Tuhan selalu melindungi
kita sekalian. Allah Akbar...Allah Akbar . . .Allah Akbar . . . MERDEKA. (Pidato Bung Tomo)
Pemuda-Pemudi Arek-Arek Suroboyo di Depan Hotel Majapahit |
SIMATA NKRI bersama dengan
Pemuda-pemudi Surabaya, kamis,19/9/13 di depan hotel mojopahit (yang dulu hotel
orange/yamato) di Jalan Tunjungan 65 melakukan gerak theater mengenang Insiden “Insiden
Bendera 19 September
1945, Penyobekan
bendera Belanda, berwarna biru menjadi bendera sang saka merah putih”. Dan dikenang
dengan Perjuangan arek-arek Soeroboyo.
*JR
Hari ini tepat 68 tahun silam, di sini terjadi
peristiwa yang menjadi awal gerakan sporadis Arek-arek Suroboyo menantang dan
melawan keinginan kolonial untuk kembali menancapkan kukunya menjajah bumi
pertiwi, Indonesia.
Itulah gerakan heroik yang sulit dilupakan Arek
Suroboyo. Sebab sejak hari itu, Surabaya terus bergolak. Kemudian berkobar dan
mengakibatkan terjadinya puncak peristiwa yang terjadi pada 10 November 1945.
Tanggal yang menjadi tonggak sejarah, sehingga Kota Surabaya memperoleh
predikat “Kota Pahlawan”.
Betapa tidak, kejadian di tanggal 19 September 1945 yang dikenal
dengan “insiden bendera” itu, merupakan pemicu semangat juang Arek Suroboyo.
Peristiwa perobekan warna biru pada bendera Belanda tiga warna
“merah-putih-biru” di atas gedung hotel Yamato menjadi peristiwa yang
mengguncang dunia.
Peristiwa di Hotel Yamato (nama di zaman Jepang yang
semula zaman Belanda bernama hotel Orange, kini bernama Hotel Majapahit) di
Jalan Tunjungan 65 Surabaya itu, benar-benar memperkokoh persatuan pemuda
pergerakan di Surabaya.
Dengan semangat tinggi arek suroboyo dengan senjata
seadanya melawan pemenang Perang dunia ke II. Sebuah peristiwa yang begitu
menyayat hati, betapa tidak. Hampir separuh warga kota hilang atau meninggal,
celakanya peristiwa tersebut tidak pernah diketahui siapa yang bertanggung
jawab?
Dan peristiwa tersebut menjadi cikal bakal kejahatan
perang lainnya seperti gerbong maut yang menewaskan ribuan orang, kejahatan
rawagede dan kejahatan westerling. Dua
peristiwa terakhir sudah ada permintaan dubes belanda kepada korban rawa gede
yang masih hidupm dan kekejaman westerling di sulawesi, beruapa santunan. Yang
sekali lagi menempatkan kita sebagai pihak terjajah.
Kini 68 tahun setelah peristiwa itu banyak hal yang
terlupakan dari peristiwa itu baik kejadiannya
maupun spiritnya. Bila dulu simbolisasi penjajah dengan bendera
Merah-Putih-Biru, dengan merobek Birunya Merah-Putih Jadinya, sekarang simbolisasi penjajah
beragam bentuknya mulai dari yang kecil sampai ke besar, mulai yang mudah
sampai yang njlimet, dan lainnya.mulai dari bayi sampai mati, semua masih
berurusan dengan penjajah.
Untuk itu perlu sebuah persatuan dan spirit baru bagi
kita semua untuk menghadapi penjajahan dalam bentuk dan wujudnya yang baru.
Oleh karena itu kami Aliansi Masyarakat Cinta NKRI( SIMATA NKRI) dalam
memperingati insiden bendera menyerukan :
1. Tolak dan lawan
segala bentuk penjajahan.
2. Jadikan
pembantaian warga surabaya tahun 1945 sebagai kejahatan perang dan bawa eks
negara sekutu ke Mahkhamah Internasional.
3. Kenang
Insiden 19 september 1045 sebagai hari Bendera.
4. Menyerukan
kepada seluruh rakyat surabaya agar bersama-sama meminta pemkot surabaya
mengajukan kepada negara Wiwiek hidayat DKK sebagai pahlawan.
Sekian terima kasih
Salam SIMATA, NKRI HARGA MATI.
0 komentar:
Posting Komentar